Indonesia telah terbukti menjadi salah satu negara terdepan dalam hal transformasi digital di Asia Tenggara, dengan munculnya ekosistem online commerce, ride-sharing, pendidikan, kesehatan, serta layanan finansial. Selain itu, penelitian terkini menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 170 juta pengguna media sosial di Indonesia. Semua ini menunjang adanya peluang untuk sales channel baru, dan social commerce adalah salah satu yang paling menjanjikan.
Berdasarkan riset oleh McKinsey, nilai social commerce diperkirakan meningkat 8 kali lipat dari $3 juta di tahun 2017 menjadi $25 juta di tahun 2022. Selain itu, penelitian Hootsuite menemukan sekitar 30% pembelian online dipengaruhi oleh rekomendasi dari mulut ke mulut, sehingga social commerce menjadi peluang yang sangat menguntungkan.
Kami telah melakukan penelitian dengan klien kami, terutama dari industri kecantikan & gaya hidup - salah satu industri yang paling terkena dampak pandemi COVID-19. Selain itu, kami telah menganalisis pertumbuhan industri ini dari Juli 2020 (saat kami pertama memperkenalkan social commerce) sampai pertengahan Februari 2021, dan hasilnya cukup mengejutkan bagi banyak orang.
Dari penelitian primer kami, kami menemukan lebih dari 35% klien social commerce kami berasal dari industri kecantikan & gaya hidup. Bukti ini menunjukkan industri tersebut adalah model bisnis yang cocok untuk memulai platform social commerce sendiri. Lalu, kami juga menemukan bahwa sebagian besar aktivitas penjualan berlangsung di WhatsApp, yang menunjukkan adanya hubungan dekat antara penjual dan pembeli.
Selama 8 bulan, kami berhasil mendapat 5000 reseller dari industri ini sendiri. Kami pun tertarik meninjau lebih lanjut data yang kami dapatkan.
Dengan analisis lebih lanjut, kami ingin menemukan segmen demografis yang tertarik menjadi reseller di platform social commerce kami. Kami menemukan sebagian besar reseller berasal dari generasi muda, terutama di usia 25 - 34. Kelompok usia ini juga memiliki engagement rate tertinggi dibanding yang lainnya. Ada sekitar 10,000 shares dan 136,000 total clicks dari kelompok usia ini.
Kami juga menganalisis distribusi gender dari para reseller dan menemukan bahwa lebih dari 60% adalah wanita.
Selain itu, kami mengelompokkan masing-masing demografi dalam generasinya (Traditionalists, Baby Boomers, Gen X, Millennials, Gen Z, dll.). Hasilnya menunjukkan sebagian besar reseller kami berasal dari generasi Millennial dan Gen Z. Dengan data ini, kami menyimpulkan bahwa dalam industri kecantikan & gaya hidup, dua generasi ini turut mendukung pertumbuhan social commerce.
Terakhir, kami meninjau sisi ekonominya dan melihat seberapa besar dampak social commerce pada industri kecantikan & gaya hidup. Dari 8 bulan terakhir, terdapat lebih dari 1,000 transaksi sukses yang menghasilkan Rp 160 juta sales.
Selain itu, untuk setiap transaksi yang berhasil, reseller akan menerima pembagian hasil sebagai reward mereka, sehingga selain nilai sales, terdapat pembagian hasil lebih dari Rp 6 juta yang telah didistribusikan pada reseller.
Melalui analisis lebih lanjut, kami menemukan bahwa aksesori pribadi seperti tas, baju, aksesoris rambut, dan sepatu adalah kategori dengan performa paling baik, dan berkontribusi sekitar 80% dari penjualan industri kecantikan & gaya hidup.
Secara keseluruhan, social commerce memiliki dampak yang sangat kuat untuk mentransformasi industri kecantikan & gaya hidup karena bergantung pada hubungan pribadi antara penjual dan pembeli, yang merupakan dasar dari konsep social commerce.
Hubungi tim sales kami sekarang untuk mentransformasi bisnis Anda dengan platform social commerce kami.
*Catatan: Data dan grafik disusun dari data internal TADA, kecuali dituliskan sebaliknya.