Saat ini, model bisnis subscription semakin booming saja. Dalam beberapa tahun belakangan, bahkan tercatat bahwa pertumbuhannya mencapai 100% setiap tahunnya.
Menurut Tien Tzuo, yang merupakan pendiri Zuora, perusahaan software raksasa, model bisnis subscription itu akan semakin diminati di masa depan.
Tzuo juga menulis buku yang berjudul Subscribed: Why the Subscription Model Will Be Your Company’s Future – and What to Do About It.
Dalam bukunya, Tzuo ingin mengarahkan para executive untuk mengubah pola pikir, supaya dapat menyesuaikan produk dan layanan perusahaannya dengan subscription economy. Menurut Tzuo, penting bagi perusahaan untuk mengubah model bisnisnya ke subscription sekarang juga.
Sulitnya Mengubah Mindset Pengusaha dan Marketer
Hal yang membuat subscription berbeda yakni jenis prioritasnya dalam sebuah bisnis. Kalau dahulu, tujuan utama bisnis adalah menjual produk dan layanannya, kini prioritasnya adalah mendapatkan subscriber melalui subscription. Jadi, semuanya bukan lagi tentang penjualan produk secara fisik, melainkan pelayanan yang menyesuaikan dengan kebutuhan dan perilaku konsumen.
Sekarang, semakin jarang orang yang memiliki keinginan untuk membeli barang. Jika ada layanan subscription atau berlangganan yang sistemnya mirip seperti sewa, maka orang-orang cenderung lebih memilih subscription tersebut.
Untuk contoh sederhananya, bisnis subscription yang kini amat sangat digandrungi adalah Netflix. Tanpa harus membeli DVD yang harganya cenderung mahal, orang-orang bisa subcribe lalu membayar biaya subscription untuk menonton film dengan cara streaming. Pilihan filmnya pun tidak terbatas.
Tentu saja ini terasa lebih menguntungkan bagi customer, bukan?
Tantangan Dalam Hal Biaya vs Pendapatan
Salah satu hal yang membuat perusahaan enggan beralih ke model subscription adalah pertimbangan untuk biayanya.
Model bisnis subscription tidak menjual produk dan layanan dalam sekali penjualan. Namun, subscription menerapkan sistem seperti sewa tanpa penjualan. Ini berarti biaya subscription untuk customer jauh lebih murah daripada penjualan. Sederhananya, sewa mobil tentu lebih murah daripada beli mobil.
Ini membuat perusahaan menghitung keuntungan yang didapat dari subcription. Apalagi, jika ini pertama kalinya mereka mencoba menerapkannya. Besar kemungkinan bahwa keuntungan yang diraih itu sangat minim, apalagi jika belum ada banyak subscriber. Sementara, biaya operasional terus berjalan. Jadi, bukan tidak mungkin juga bisnis akan mengalami kerugian.
Namun, di sinilah Anda perlu bersikap percaya diri serta tidak mudah menyerah. Ini karena seiring berjalannya waktu, subscriber pun akan terus bertambah, masa berlangganannya juga menjadi lebih panjang. Perlahan tapi pasti, model subscription akan mendatangkan keuntungan bahkan dalam jumlah besar untuk bisnis Anda.
Perubahan Sudut Pandang Masyarakat Akan Kepemilikan Barang
Melesatnya perkembangan model bisnis subscription membuat konsumen mengalami perubahan gaya hidup juga. Kini, orang-orang tidak lagi menjunjung tinggi gengsi atas barang yang dibeli dan dimiliki. Justru, masyarakat lebih memilih kemudahan subscription, karena mereka cukup membayar harga yang lebih murah, untuk bisa menikmati akses layanan dan produk yang dibutuhkan.
Masyarakat milenial berpikir bahwa memiliki barang akan membuat mereka kesusahan untuk merawatnya. Daripada repot merawat barang kepunyaan, mengapa tidak membayar biaya sewa atau langganan saja? Toh, mereka juga bisa menikmati manfaat yang sama seperti membeli barang tersebut.
Jadi, ownership di masa depan akan semakin menghilang, dan digantikan dengan pola pikir subscriber yang lebih memilih untuk membayar subscription.
Bahkan, bukan hanya ecommerce saja yang menjalankan model subscription ini. Namun, bidang industri lainnya seperti produk kecantikan, pakaian, hingga makanan dan minuman juga akan beralih ke model subscription.
Jadi, kapan bisnis Anda mempetimbangkan beralih ke model bisnis susbscription ini?