Dalam bisnis modern, ekspektasi pelanggan terus berkembang, tidak terkecuali pelanggan B2B. Mereka seringkali menemui banyak tantangan saat berbisnis dengan perusahaan manufaktur dan sejenisnya untuk memastikan kelangsungan bisnis mereka sendiri.
B2B buyer biasanya tidak hanya terpaku pada satu orang, melainkan bisa memiliki berbagai layer tergantung struktur organisasi yang mereka miliki. Ada yang melibatkan trade marketing manager, supply chain manager, manager warehouse, tim finance dan sebagainya.
Lebih complicated dari menghadapi end customer atau pelanggan B2C, namun jika perusahaan dapat memberikan buying experience yang seamless kepada B2B buyer dalam distribution networknya, maka peningkatan konversi sales, revenue hingga market share bukan hal yang mustahil untuk dicapai.
Ekspektasi B2B Buyer yang Perlu Diperhatikan Perusahaan Manufaktur
Perusahaan manufaktur yang bergantung pada B2B buyer di jalur distribusinya, seperti perusahaan FMCG, otomotif, konstruksi dan lain sebagainya, perlu mengetahui berbagai ekspektasi B2B buyer saat bertransaksi dengan perusahaan Anda.
Mereka pun sama seperti Anda, menginginkan profit untuk bisnis distribusi mereka. Maka tak heran jika untuk mencapai profit maksimal bagi bisnis mereka, B2B buyer pun memiliki power untuk memilih perusahaan seperti apa yang cocok dijadikan rekan bisnis.
Agar produk Anda terlihat lebih profitable di mata B2B buyer, berikut ada berbagai ekspektasi B2B buyer yang perlu Anda ketahui.
- Kualitas produk yang dijual
- Ingin pengiriman yang cepat dan akurat sesuai dengan order
- Transparansi perusahaan dalam pricing
- Faktor harga yang kompetitif dan dapat dinegosiasikan
- Kemudahan dalam proses pembayaran dan transaksi
- Ketersediaan dukungan teknis dan layanan after sales yang memadai
- Insentif atau reward khusus untuk B2B buyer
B2B Buyer Juga Ingin Dapatkan Pengalaman Seperti Pelanggan B2C
Menariknya, menurut Lumoa, customer experience platform menyebutkan dalam surveynya jika 80% B2B buyer menginginkan pengalaman seamless seperti pelanggan B2C saat berinteraksi dengan brand.
Hal ini memberikan peluang yang signifikan bagi bisnis untuk mengubah strategi penjualan mereka dan menawarkan pengalaman B2B yang dirancang agar terasa lebih personal, mirip dengan interaksi B2C.
Beberapa hal yang sering dirasakan pelanggan B2C saat bertransaksi yang juga dapat diterapkan ke B2B buyer adalah sebagai berikut:
1. Personalisasi
Pelanggan B2C terbiasa dengan pengalaman yang dipersonalisasi saat berbelanja online, mulai dari rekomendasi berdasarkan riwayat pembelian hingga iklan yang ditargetkan.
Pelanggan B2B juga ingin level personalisasi seperti ini untuk memudahkan mereka mencari produk yang sesuai dengan bisnis mereka; mereka ingin merasa bahwa perusahaan tempat mereka berbisnis Dapat memahami kebutuhan mereka yang unik dan dapat memberikan solusi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Dengan memberikan pengalaman yang dipersonalisasi kepada pelanggan B2B, perusahaan dapat membangun hubungan yang lebih kuat dan meningkatkan loyalitas pelanggan B2B.
2. Kenyamanan
Pelanggan B2C terbiasa berbelanja online 24/7, dari kenyamanan rumah mereka sendiri. Pelanggan B2B juga demikian; mereka ingin dapat meriset produk, melakukan pemesanan, dan melacak pengiriman secara online.
Dengan menyediakan website atau aplikasi yang mudah digunakan, perusahaan dapat membuat pelanggan B2B mereka lebih nyaman dalam berbisnis dengan mereka, yang dapat meningkatkan penjualan dan juga kepuasan pelanggan.
3. Kecepatan
Pelanggan B2C terbiasa melakukan pembelian dengan cepat dan mudah secara online, tanpa harus menunggu staf sales untuk menghubungi mereka.
Pelanggan B2B juga demikian; mereka ingin dapat mencari produk, membandingkan harga, dan melakukan pemesanan dengan cepat dan efisien.
Dengan menyediakan situs web atau aplikasi yang memudahkan untuk melakukan semua hal tersebut, perusahaan dapat mempercepat proses penjualan dan menyelesaikan deal-deal lebih cepat.
Cara Memberikan Experience B2C ke B2B Buyer untuk Meningkatkan Konversi Sales
1. Buat website atau aplikasi yang user-friendly
Langkah pertama dalam memberikan pengalaman B2C ke B2B buyer adalah membuat website atau aplikasi yang mudah digunakan.
Web atau aplikasi harus memudahkan pelanggan B2B untuk meriset dan membandingkan produk, melakukan pemesanan, dan melacak pengiriman.
2. Tawarkan opsi pembayaran dan pengiriman yang fleksibel
Cara lain untuk memberikan pengalaman B2C ke pelanggan B2B adalah dengan menawarkan opsi pembayaran dan pengiriman yang fleksibel. Pelanggan B2C terbiasa untuk dapat memilih dari berbagai metode pembayaran, seperti kartu kredit, e-wallet dan lainnya.
Pelanggan B2B harus diberi fleksibilitas yang sama, dengan opsi pembayaran di akhir bulan atau quarter, rebate khusus untuk pembelian B2B yang berulang, dan lain sebagainya.
Selain itu, tawarkan juga opsi pengiriman yang cepat dan dapat diandalkan untuk membantu B2B buyer menerima pesanan mereka secara tepat waktu, sama seperti pelanggan B2C.
3. Berikan customer service yang baik
Layanan pelanggan yang luar biasa adalah komponen kunci dari pengalaman berbelanja pelanggan B2C, dan seharusnya tidak berbeda untuk B2B buyer
Perusahaan harus berusaha untuk memberikan respon yang cepat dan membantu terhadap pertanyaan pelanggan, baik melalui telepon, email, chat box, sosmed dan lainnya.
Selain itu, perusahaan dapat memberikan layanan tambahan, seperti dukungan teknis atau pelatihan produk untuk membantu partner B2Bnya lebih sukses.
4. Gunakan data untuk mempersonalisasi experience
Personalisasi adalah salah satu hal penting dalam transaksi B2C, dan perusahaan dapat memberikan model personalisasi yang sama ke pelanggan B2b mereka dengan menggunakan data pelanggan yang tersedia.
Dengan menganalisis riwayat pembelian dan perilaku browsing di website/app, perusahaan dapat memberikan rekomendasi dan penawaran yang dipersonalisasi yang disesuaikan dengan kebutuhan unik setiap B2B buyer.
Selain itu, perusahaan dapat menggunakan data untuk mengidentifikasi tren dan membuat keputusan strategis tentang upselling atau cross selling product dan juga pricing.
5. Buat program loyalitas untuk partner B2B
Hal utama lainnya dalam memberikan pengalaman B2C ke pelanggan B2B adalah menawarkan program loyalitas, reward, dan juga insentif seperti halnya banyak ditawarkan ke pelanggan B2C.
Program B2B loyalty dapat membantu perusahaan membangun hubungan yang lebih kuat dengan pelanggan B2B dan memberikan insentif ke mereka untuk terus berbisnis dengan perusahaan.
Ada banyak jenis program loyalitas B2B yang tersedia saat ini, termasuk program berbasis poin, ada level/tier, dan juga referral. Perusahaan dapat memilih jenis program loyalitas B2B mana yang paling cocok untuk pelanggan B2B mereka berdasarkan industri, kebutuhan pelanggan, dan juga business goal yang ingin dicapai.
6. Fokus pada customer journey
Terakhir, untuk memberikan pengalaman B2C ke pelanggan B2B, perusahaan harus fokus pada customer journey yang berarti memahami berbagai tahapan yang dilalui B2B buyer saat melakukan riset dan melakukan pembelian barang, dan memberikan pengalaman yang seamless dan memuaskan di setiap tahap tersebut.
Dengan memetakan customer journey pelanggan B2B dan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan, perusahaan dapat mengoptimalkan proses mereka dalam menciptakan experience yang lebih baik bagi partner B2B mereka.
Wrap up!
Dengan mengadopsi berbagai experience pelanggan B2C dan menerapkannya ke strategi B2B selling mereka, perusahaan dapat menyederhanakan proses sales mereka, meningkatkan kepuasan B2B buyernya, dan pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan dan profitabilitas bisnis mereka sendiri.
Jika bisnis Anda belum menerapkan program loyalitas B2B untuk B2B buyer Anda, Tada menawarkan solusi yang tepat untuk Anda. Tada adalah platform teknologi yang menyediakan program loyalitas B2B yang secara efektif dapat memperkuat hubungan dengan B2B buyer Anda. Dengan Tada, Anda dapat memberikan insentif dan reward ke B2B buyer Anda untuk setiap behavior yang menguntungkan bisnis Anda.
Request demo kami sekarang untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana Tada dapat membantu bisnis Anda.