12 Kesalahan dalam Membuat B2B Loyalty Program dan Cara Menghindarinya

Topics:

Jul 14, 2023 • 7 min read

Mistakes to Avoid When Creating a B2B Loyalty Program

Membuat B2B loyalty program yang sukses dapat menjadi game-changer bagi bisnis. Program semacam ini bukan hanya soal memberi reward, tetapi juga tentang bagaimana perusahaan membangun hubungan jangka panjang dengan para channel partner; distributor, reseller, atau dealer, yang berperan penting dalam rantai distribusi produk.

Namun, merancang program B2B loyalty yang benar-benar efektif bukan pekerjaan mudah. Banyak perusahaan yang akhirnya terjebak dalam kesalahan-kesalahan umum yang membuat program mereka tidak berjalan maksimal atau bahkan gagal memberikan dampak nyata bagi bisnis.

Kesalahan Umum Saat Membuat B2B Loyalty Program

Agar hal tersebut tidak terjadi pada Anda, berikut adalah 12 kesalahan paling umum dalam membuat B2B loyalty program beserta cara menghindarinya.

1. Tujuan program yang tidak jelas

Banyak perusahaan memulai program loyalty tanpa benar-benar memahami apa yang ingin mereka capai. Akibatnya, program berjalan tanpa arah, tidak memiliki tolok ukur keberhasilan yang jelas, dan sulit diukur dampaknya terhadap bisnis.

Untuk menghindarinya, tentukan sejak awal tujuan spesifik dan terukur (SMART; Specific, Measurable, Achievable, Relevant, and Time-bound) dari program Anda. Apakah ingin meningkatkan loyalitas partner, mendorong repeat order, memperkenalkan produk baru, atau memperluas market share?

Tujuan yang jelas akan membantu Anda menentukan struktur program, jenis reward, hingga cara mengukur keberhasilannya secara konkret.

2. Struktur program yang rumit dan tidak user friendly

Channel partner adalah individu sibuk yang punya prioritas dan bisnis mereka sendiri. Jika struktur program loyalty Anda terlalu rumit, sulit dimengerti, atau penuh aturan membingungkan, mereka akan kehilangan minat.

Pastikan struktur program sederhana dan transparan.

      • Jelaskan cara mendapatkan poin dan menukar reward dengan jelas.
      • Tampilkan nilai setiap aktivitas dan reward secara terbuka.
      • Hindari aturan berlapis yang membuat partner bingung.

Semakin mudah program Anda diikuti, semakin besar kemungkinan partner untuk berpartisipasi aktif. Fokuslah pada user experience; buat proses “earn and burn” poin semudah mungkin dan komunikasikan manfaat program secara lugas.

3. Tidak sesuai dengan tujuan bisnis jangka panjang

Program B2B loyalty seharusnya bukan inisiatif yang berdiri sendiri, melainkan bagian dari strategi bisnis secara menyeluruh. Jika tidak diselaraskan dengan arah bisnis, program ini bisa menghabiskan banyak sumber daya tanpa hasil berarti.

Pastikan tujuan program loyalty Anda mendukung strategi jangka panjang perusahaan. Misalnya, jika fokus bisnis Anda adalah ekspansi pasar, maka program loyalty bisa diarahkan untuk memperkuat jaringan distribusi di area baru atau mempercepat adopsi produk baru oleh channel partner.

4. Proses pendaftaran yang terlalu rumit

Banyak program loyalty gagal bahkan sebelum dimulai karena proses pendaftarannya membuat calon member frustrasi. Formulir panjang, verifikasi berlapis, atau permintaan dokumen yang tidak perlu membuat channel partner enggan bergabung.

Solusinya adalah menciptakan proses onboarding yang cepat dan efisien. Gunakan platform yang mudah diakses; misalnya melalui WhatsApp atau loyalty microsite sederhana, untuk mendaftarkan partner tanpa aplikasi tambahan.

Kurangi jumlah langkah, hilangkan hambatan administratif, dan pastikan prosesnya bisa selesai hanya dalam hitungan menit.

5. Pilihan reward yang terbatas

Salah satu penyebab rendahnya engagement pada program B2B loyalty adalah kurangnya variasi reward. Tidak semua partner memiliki preferensi yang sama; ada yang lebih suka insentif finansial, ada pula yang menghargai benefit non-material seperti akses eksklusif.

Untuk menghindarinya, sediakan beragam opsi reward yang fleksibel dan relevan. Reward bisa berupa saldo e-wallet, voucher belanja, merchandise, travel incentive, hingga donasi sosial.

Semakin banyak pilihan yang Anda sediakan, semakin besar kemungkinan partner merasa reward tersebut benar-benar bernilai bagi mereka.

6. Hanya menggunakan reward transaksional

Reward berbasis transaksi (seperti diskon atau rebate dari pembelian) memang populer, tapi jika hanya fokus pada itu, Anda kehilangan kesempatan untuk membangun hubungan yang lebih mendalam.

Hubungan B2B seharusnya tidak berhenti di level transaksi, melainkan berkembang menjadi kemitraan strategis. Sertakan juga reward non-transaksional, seperti akses ke pelatihan eksklusif, kesempatan emndapatkan travel incentive, atau kemitraan strategis lainnya.

Perpaduan antara insentif transaksional dan non-transaksional akan menciptakan hubungan yang lebih emosional dan loyalitas jangka panjang.

7. Sistem penukaran poin yang rumit

Tidak ada yang lebih mengecewakan daripada mengumpulkan poin susah payah lalu kesulitan menukarnya. Proses redeem yang rumit, form panjang, atau instruksi yang tidak jelas bisa membuat partner kehilangan motivasi.

Untuk menghindari hal ini, gunakan platform loyalty dengan sistem redeem yang cepat dan sederhana. Pastikan partner bisa melihat saldo poin mereka secara real-time, memilih reward dengan mudah, dan mendapatkan konfirmasi segera setelah penukaran dilakukan. Semakin seamless prosesnya, semakin tinggi tingkat kepuasan mereka.

8. Tidak fokus pada fraud dan pencegahannya

Fraud adalah ancaman nyata dalam program loyalty; mulai dari akun ganda, transaksi palsu, hingga penukaran poin yang tidak sah. Jika tidak diantisipasi, kerugian finansial dan reputasi bisa sangat besar.

Pastikan platform loyalty yang Anda pilih memiliki sistem deteksi dan pencegahan fraud seperti verifikasi berlapis, algoritma deteksi pola transaksi abnormal, dan pelacakan aktivitas secara real-time. Pencegahan yang baik bukan hanya melindungi bisnis, tapi juga menumbuhkan kepercayaan partner terhadap integritas program Anda.

9. Mengabaikan personalisasi dan kustomisasi

Pendekatan seragam “one size fits all” jarang berhasil di dunia B2B. Setiap partner punya profil, motivasi, dan kebutuhan yang berbeda. Jika program loyalty tidak memberi ruang bagi personalisasi, engagement program Anda dijamin akan rendah.

Gunakan data behavior dan preferensi untuk menyesuaikan experience mereka: dari jenis reward, cara komunikasi, hingga konten promosi yang relevan.

Platform loyalty modern kini memungkinkan Anda mengatur tier, benefit, dan promo berbeda untuk setiap segmen partner, sehingga mereka merasa lebih dihargai dan diapresiasi sesuai dengan kontribusi mereka.

10. Kurang promosi program loyalty

Membuat program loyalty yang bagus tidak akan berarti jika partner Anda tidak mengetahuinya. Banyak perusahaan terlalu fokus pada desain program tapi lupa mengkomunikasikannya.

Promosikan program loyalty Anda secara aktif melalui channel komunikasi yang sudah familiar bagi partner, seperti WhatsApp blast, email newsletter, media sosial bisnis, atau portal distributor.

Pastikan pesan promosi Anda menjelaskan manfaat nyata program; bagaimana program ini membantu mereka mencapai target bisnis, bukan sekadar memberi hadiah.

11. Tidak mengevaluasi program B2B loyalty secara rutin

Program loyalty bukan proyek sekali jalan. Tanpa evaluasi rutin, perusahaan akan kehilangan peluang untuk memperbaiki performa dan meningkatkan hasil.

Tetapkan KPI yang jelas sejak awal: tingkat partisipasi, frekuensi redeem, peningkatan penjualan, dan ROI program.

Gunakan data dan feedback partner untuk terus menyesuaikan program. Dengan begitu, Anda bisa mengetahui bagian mana yang efektif dan mana yang perlu diperbaiki agar tetap relevan dengan kebutuhan bisnis.

12. Memilih platform loyalty management yang tidak fleksibel

Platform adalah fondasi dari program B2B loyalty. Platform yang tidak fleksibel atau sulit dikustomisasi akan membatasi ruang gerak Anda dalam menyesuaikan program dengan perubahan bisnis.

Pastikan Anda memilih platform yang:

      • Fleksibel dalam mengatur struktur program, tier, dan workflow.
      • Bisa terintegrasi dengan sistem lain seperti CRM, ERP, dan e-commerce.
      • Memiliki fitur analitik dan reporting real-time.
      • Mudah digunakan baik oleh admin maupun oleh channel partner.

Dengan fondasi teknologi yang kuat dan scalable, program loyalty Anda bisa tumbuh seiring perkembangan bisnis tanpa harus dirombak dari awal.

Wrap up!

Sales Incentive Program

Dengan memahami berbagai kesalahan umum di atas, perusahaan dapat membangun program B2B loyalty yang benar-benar mendukung pertumbuhan bisnis; bukan sekadar menjadi biaya tambahan.

Kini saatnya meninjau ulang strategi Anda dan memilih platform loyalty yang tepat untuk menciptakan atau merevamp program loyalty B2B brand Anda. Sebagai platform loyalty & reward terpercaya di Indonesia, Tada telah membantu banyak brand dan principal merancang program loyalty B2B yang mudah dikustomisasi, terukur, dan relevan dengan karakteristik partner mereka.

Melalui solusi seperti integrasi WhatsApp Loyalty, beragam katalog digital rewards, dan sistem analitik real-time, Tada membantu bisnis membangun hubungan yang lebih kuat dan program loyalty yang benar-benar impactful.

Request demo kami sekarang dan mulai rancang program loyalty yang membuat partner B2B Anda tetap engaged dan loyal.

Request Our Demo

Profile

Nuraini

Content marketing specialist